Pages

Selasa, 09 Oktober 2012

Menyontek






Ada sisi lain dalam dunia persekolahan di Indonesia, yakni dengan dikenalnya istilah nyontek (sontek, menyontek). Mungkin dan bisa jadi, istilah ini termasuk dalam kategori undercover. Nyontek sering kali dipahami dan merupakan sikap pecundang yang menginginkan hasil optimal tanpa harus bersusah payah. Biasanya, nyontek dilakukan oleh para siswa atau mahasiswa yang sedang mengerjakan soal ujian, dan yang bersangkutan tidak mempersiapkan penguasaan bahan/materi pelajaran yang memadai dengan berbagai alasan. Mereka menyontek pekerjaan temannya yang dianggap lebih pintar atau mengerjakan soal dengan jawaban yang dilihatnya dari catatan yang sudah dipersiapakan.

Penyebab Menyontek
Banyak hal yang menyebabkan seseorang menyontek. Ini di antaranya:
1. Ingin berhasil tanpa usaha yang melelahkan.
Seseorang harus memahami, bahkan harus hafal bahan-bahan pelajaran yang akan diujikan. Seorang pemalas biasanya ada saja alasan untuk tidak belajar atau membaca buku-buku yang dijadikan rujukan pembuatan soal ujian. Mestiya, berbekal kajian-kajian psikologi memungkinkan seseorang dapat memahami bahan ajar dengan mudah. Belajar yang menyenangkan mestinya juga memungkinkan siswa dapat belajar dengna enjoy juga semua informasi langsung melekat pada ingatannya (lihat bahasan tentang lupa dan ingatan).
2. Ingin membahagiakan pihak lain.
Katakanlah, siswa yang menginginkan pihak lain atau orang tuanya tersenyum bahagia melihat anaknya berprestasi dengan digambarkan pada perolehan angka-angka yang fantastis dalam nilai rapornya. Karena kurang persiapan, malas, atau alasan lainnya, ia memakai cara-cara yang bertentangan dengan mainstream yakni dengan menyontek. Ia tak memedulikan cara ini sesuai dengan norma-norma yang ada atau tidak ada. Baginya, yang terpenting adalah bisa menjawab soal-soal ujian dengan mudah karena melihat sontekan dan nilainya bagus. Titik. Padahal, kebahagian sejati para orang tua dapat dipastikan adalah perolehan nilai ujian anaknya tinggi, memuaskan, dan diraih dengan cara-cara elegan dan bermartabat.

3. Malu tidak disebut berprestasi.
Mengapa harus malu ketika tidak berprestasi? Jikalau memang belum bisa berprestasi sebaiknya mengakui saja kondisi ini. Tidak usah menggunakan segala cara yang tidak halalsampai-sampai harus menggunakan cara pecundang. Prestasi itu bukan sesuatu yang bisa didapat dalam sekejap melalui kata-kata magic bim sala bim, tetapi harus diperjuangkan melalui ketekunan. Tubagus Wahyudi, pakar hipnotis dan public speaking terkenal, pernah mengemukakan bahwa salah satu cara untuk menguasai sensorik power adalah dengan tetap melakukan ketekunan. Ketekunan dalam bidang ilmu, hobi, penelitian, dll akan membuat dan mengantarkan seseorang menjadi pakar pada bidang tertentu tersebut. Bahkan, hobi yang ditekuni dapat menjadi sumber penghasilan dan sandaran hidup.
Jadi, agar berprestasi ya janganlah menyontek. Tetapi, jalankanlah ketekunan dengan tetap membaca buku, baik sebelum maupun setelah bahan ajar itu dipresentasikan oleh guru atau dosen.

4. Bahan yang diujikan tidak menarik.
Mengapa tidak menarik? Kalau dibandingkan dengan pepatah tidak ada orang yang bodoh di dunia ini melainkan malas, maka sebenarnya tidak ada ujian yang tidak menarik. Yang ada adalah seseorang yang tidak bisa menyikapi sesuatu dengan pandangan yang berbeda dari biasanya.

5. Sistem pengawasan ujian yang longgar.
Pengawasan yang longgar dapat memunculkan ide bagi para pecundang untuk menyontek. Sedangkan pengawasan ujian yang ekstra ketat juga memungkinkan peserta menjadi lebih stres menghadapi soal-soal ujian.

Akibat Menyontek
Bagi yang menyontek ketahuan oleh pengawas dapat dipastikan bagaimana kisah selanjutnya. Bisa dikeluarkan dari ruang ujian dan menanggung malu, dan bahkan lebih fatal lagi adalah adalah didiskualifikasi dan dinyatakan tidak lulus ujian. Hal ini pernah terjadi pada siswa di sebuah SLTA favorit di Jakarta Timur. Ia adalah siswa yang pintar dan rajin. Ia dikeluarkan dari ruang ujian bahkan tidak diluluskan bukan karena ia menyontek. Tetapi, yang ia lakukan adalah memberi sontekan pada yang lainnya. Bahkan, mestinya guru sebagai pengawas yang memberikan sontekan pada siswanya mestinya jugadikeluarkan dari jabatan atau profesinya, karena ia kontraproduktif dengan usaha-usaha sebelumnya, yaitu menanamkan banyak nilai dan norma bahwa siswa harus memegang kejujuran sekalipun langit akan runtuh.
Akibat lebih jauh ketika seseorang sudah lulus dari lembaga pendidikan maka ia tidak bisa menghadapi persoalan kehidupannya. Mengapa banyak produk sekolah yang menganggur? Jangan-jangan, itu karena penamanan nilai di sekolah mengalami kegagalan.


Note  Blogger :

Kenapa sih mencontek itu Tradisi dari dulu? Apa gak bisa yang mencontek itu USAHA? Waktu kalian, 24 JAM, di gunakan untuk apa? Tidak bisakah menggunakan waktu senggang kalian untuk belajar?

Kalo terus mencontek, mau jadi apa kita? Apa Negara kita bisa maju, kalo penerusnya pada mencontek dan tidak mau BERUSAHA?

Ayo, dong! Hilangkan kebiasaan mencontek!! Pasti bisa kok, menghadapi ulangan atau ujian kalo kalian mau berusaha.

Jumat, 22 Juni 2012

My First Fic One Shoot





New Friend?
Naruto belongs to Masashi Kishimoto
Rated : T
Genre : Friendship
Dedicated for My Best Friend, Arthur no Suzuka Anueu
A/N : Fic ini murni hasil pemikiran author sendiri
Sebelum membaca, satu pesan saya.
DON’T LIKE DON’T READ
Tidak menerima FLAME yang berisi kalimat yang MENGANDUNG dan MEMBUAT EMOSI
Enjoy this story~

Anak perempuan berambut indigo pendek berumur sekitar tujuh tahun tengah termenung. Ia duduk di bangku yang tersedia di kamarnya yang letaknya dekat dengan jendela kamarnya yang berada di lantai dua. Mata amethyst miliknya melihat ke jalan Komplek Konoha atau lebih tepatnya mata itu tertuju pada anak-anak sebayanya yang tengah bermain dengan riang di bawah sana. Ingin rasanya anak itu bergabung dengan mereka. Tapi, ia tidak bisa. Bukan, bukannya anak perempuan itu tidak boleh bermain, justru orang tuanya sering sekali menyuruhnya untuk bermain agar mempunyai teman baru. Keluarga anak perempuan itu baru pindah ke Konoha seminggu yang lalu. Nama anak perempuan itu adalah Hyuuha Hinata. Pandangan Hinata masih tetap setia melihat anak-anak yang sedang bermain. Jika saja ia mempunyai kepercayaan diri yang besar, mungkin ia sudah bergabung dengan mereka. Tapi, rasa malu dan pesimis yang ia punya mengalahkan kepercayaan dirinya untuk berteman lagi. Ingin rasanya ia kembali ke Suna. Kota yang lumayan panas, tapi setidaknya ia mempunyai teman disana, walaupun hanya satu orang. Mata amethyst Hinata melihat anak laki-laki berambut pirang menekan bel rumahnya yang ada di dekat pagar.
.
.
Anak laki-laki berambut pirang sedang bercanda dengan teman-teman sebayanya. Saat sedang asik-asiknya bercanda, mata biru milik anak laki-laki itu melihat ke rumah yang dihuni oleh keluarga baru. Ia melihat ke lantai dua dan melihat anak perempuan sebayanya sedang melihat ia dan teman-temannya. Dengan inisiatif, anak laki-laki itu ingin mengajak anak perempuan itu bermain bersama.
Ting Tong…
Anak laki-laki itu menekan bel rumah itu yang berada di dekat pagar. Tak lama kemudian, anak laki-laki yang lebih tua darinya keluar dari rumah dan membukakan pagar untuk anak laki-laki berambut pirang.
“Siapa?” tanya anak laki-laki berambut panjang bermata amethyst pada anak laki-laki berambut pirang yang ada di hadapannya.
“Namikaze Naruto,” jawab anak laki-laki itu disertai dengan cengiran.
“Mau apa?”
“Mengajak anak perempuan yang ada di lantai dua bermain,” jawab Naruto sambil menunjuk ke atas. Anak laki-laki berambut panjang itu mengangguk dan berkata ‘tunggu’ pada Naruto. Tak lama kemudian, anak laki-laki itu kembali ke teras dengan anak perempuan yang bersembunyi di belakanag tubuh anak laki-laki berambut panjang itu.
“Hai,” sapa Naruto pada Hinata. Wajah putih Hinata merona dan semakin dalam menyembunyikan wajahnya pada punggung kakak laki-lakinya. Anak laki-laki berambut panjang itu menarik pelan tubuh adiknya untuk berhadapan dengan Naruto dan kemudian meninggalkan mereka berdua.
“Hai,” sapa Naruto lagi.
“H-hai,” balas Hinata dengan menundukkan kepalanya. Naruto memiringkan kepalanya, ia menatap anak perempuan di depannya dengan bingung.
“Namaku Naruto, namamu siapa?”
“H-hinata.”
“Kau mau bermain?” tanpa basa-basi Naruto langsung tutup point. Mata amethyst milik Hinata membulat terkejut. B-barusan, ia mengajakku bermain?
“B-bermain?” tanya Hinata untuk memastikan pendengarannya. Naruto mengangguk pasti. Hinata mulai memainkan kedua telunjukknya di tambah dengan mukanya yang kelihatan ragu.
“T-tapi, a-aku..”
“Tidak boleh, ya?” tebak Naruto. Hinata dengan cepat menggelengkan kepalanya.
“A-aku takut mereka tidak akan menerimaku untuk bermain,” kata Hinata masih memainkan kedua telunjuknya.
“Apa yang kau takutkan? Aku dan yang lainnya tidak menggigit, kok,” ujar Naruto untuk memastikan bahwa ia dan teman-temannya baik.
“T-tapi…”
“Kau harus ikut aku bermain,” kata Naruto. Hinata merasa ada unsur pemaksaan dalam kalimat Naruto.
“K-kau memaksa?” tanya Hinata.
“Tentu. Kau harus bertemu teman yang belum pernah kau temui,” ujar Naruto dengan cengiran di wajahnya. T-teman yang belum pernah aku temui… tanpa persetujuan Hinata, Naruto menarik tangan Hinata untuk bermain dengannya dan teman-temannya yang lain.
“Hai, kalian! Aku membawa teman baru. Kenalkan, ini Hinata,” kata Naruto pada teman-temannya. Anak perempuan berambut pink menghampiri Naruto dan Hinata.
“Aku Sakura, senang berkenalan denganmu,” ujar Sakura sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Hinata. Hinata dengan ragu membalas salaman Sakura. Satu persatu dari teman Naruto berkenalan dengan Hinata. Senyum yang tidak pernah di perlihatkan Hinata semenjak tiba di Konoha, sekarang merekah saat bertemu dengan teman-teman barunya.
Mereka sungguh teman yang menyenangkan. Naruto benar, mereka adalah teman-teman yang belum pernah kutemui di Suna dan sekarang sudah ku temui di Konoha.
Sejak saat itu, Hinata sering bermain dengan teman –teman barunya.

Selesai…….
Fic ini ku persembahkan untuk My Best Friend Arthur no Suzuka Anueu  yang katanya mau melanjutkan sekolah di Pekanbaru, Riau. Semoga disana dia dapet temen-temen yang baru dan gal lupain temen lama, ya ^^